Bloggues.com, Jakarta - Lusinan orang karyawan Google dikabarkan mengundurkan diri dari perusahaan asal Mountain View, California, AS itu. Aksi resign massal ini didasari oleh proyek Google bersama Departemen Pertahanan AS.
Proyek yang dimaksud adalah Project Maven, yaitu penelitian untuk mengembangkan algoritma computer vision yang bisa menganalisa hasil rekaman video dari drone. Dengan teknologi ini, analisis hasil video dari drone bisa dipercepat dengan cara mengklasifikasikan antara objek dan orang.
Pengunduran diri ini adalah langkah yang mereka tempuh setelah aksi protes ribuan karyawan Google tiga bulan lalu sepertinya tak mendapat tanggapan dari Google. Mereka takut kalau teknologi ini akan disalahgunakan, dan dipakai untuk melakukan hal-hal yang ofensif.
Yaitu dipakai untuk menentukan target serangan udara oleh drone. Menurut para karyawan yang protes ini, seharusnya manusia yang menjadi penentu untuk serangan-serangan mematikan seperti itu, bukan kecerdasan buatan.
Google ikut serta dalam Project Maven sejak April 2017, namun sayangnya tak terungkap apa yang dikerjakan Google dalam proyek tersebut. Namun dalam pernyataan resminya Google menyebut mereka memberikan akses terhadap software TensorFlow kepada Dephan AS.
Sejumlah karyawan yang mengundurkan diri itu menyebut kalau bosnya tak lagi transparan terkait pekerjaan di proyek tersebut, juga tak mendengar lagi saran dan protes yang dilontarkan oleh para karyawan.
Padahal, Google-lah yang mempopulerkan budaya di mana para karyawan bisa 'menantang' dan mendebat soal produk yang akan dibuat oleh perusahaan, demikian dikutip detikINET dari Gizmodo, Selasa (15/5/2018). Detik
Proyek yang dimaksud adalah Project Maven, yaitu penelitian untuk mengembangkan algoritma computer vision yang bisa menganalisa hasil rekaman video dari drone. Dengan teknologi ini, analisis hasil video dari drone bisa dipercepat dengan cara mengklasifikasikan antara objek dan orang.
Pengunduran diri ini adalah langkah yang mereka tempuh setelah aksi protes ribuan karyawan Google tiga bulan lalu sepertinya tak mendapat tanggapan dari Google. Mereka takut kalau teknologi ini akan disalahgunakan, dan dipakai untuk melakukan hal-hal yang ofensif.
Yaitu dipakai untuk menentukan target serangan udara oleh drone. Menurut para karyawan yang protes ini, seharusnya manusia yang menjadi penentu untuk serangan-serangan mematikan seperti itu, bukan kecerdasan buatan.
Google ikut serta dalam Project Maven sejak April 2017, namun sayangnya tak terungkap apa yang dikerjakan Google dalam proyek tersebut. Namun dalam pernyataan resminya Google menyebut mereka memberikan akses terhadap software TensorFlow kepada Dephan AS.
Sejumlah karyawan yang mengundurkan diri itu menyebut kalau bosnya tak lagi transparan terkait pekerjaan di proyek tersebut, juga tak mendengar lagi saran dan protes yang dilontarkan oleh para karyawan.
Padahal, Google-lah yang mempopulerkan budaya di mana para karyawan bisa 'menantang' dan mendebat soal produk yang akan dibuat oleh perusahaan, demikian dikutip detikINET dari Gizmodo, Selasa (15/5/2018). Detik
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan juga relevan dengan tema artikel yang ditulis. Tidak diperkenankan untuk spaming. Terimakasih.