Awas, Liverpool! 'Deja Vu' Posisi Kedua Mengintai

Liverpool pernah tersandung di fase terakhir Liga Primer Inggris di era Brendan Rodgers. Manchester City bisa kembali menjadi momok.
Awas, Liverpool! 'Deja Vu' Posisi Kedua Mengintai
Liverpool VS Everton

Fakta yang tersaji selepas laga Derby Merseyside edisi ke-200: Liverpool kini dikangkangi Manchester City dengan selisih satu poin di tampuk tabel Liga Primer Inggris. 
Celakanya, laga yang sudah dijalani kedua tim sekarang dalam posisi yang sama: 29 pertandingan. Jadi ironi tersendiri bagi kubu The Reds mengingat di pergantian tahun kemarin mereka gagah perkasa meninggalkan The Citizenstujuh poin.
Senyum kubu Etihad Stadium tentu tengah merekah lantaran mereka berhasil memutar keadaan dengan kembali menguasai trek menuju tangga juara selepas laga Everton-Liverpool berakhir tanpa gol di Goodison Park.
Liverpool dalam bahaya? Boleh jadi. Kendati mereka baru sekali merasakan kekalahan, mengukir rekor 70 poin dari 29 laga --hanya Liverpool dan 11 tim yang mampu membuat rengkuhan ini-- dan membukukan 17 clean sheet di kancah EPL, klub Merseyside bisa dikatakan tak lagi berada di atas angin. 
Sementara bagi City, keberhasilan kembali merebut takhta EPL merupakan yang pertama kali sejak 7 Desember setelah memainkan jumlah laga yang sama dengan Liverpool. Setidaknya, momentum kini berbelok ke arah Manchester Biru.
"Kami kecewa karena kami berambisi untuk merebut tiga poin, tapi kami tahu ini memang akan jadi hari yang sulit. Saya merasa kami menciptakan banyak peluang yang cukup untuk meraih kemenangan. Tentu kecewa, kami harus lebih klinis di pertahanan lawan," ujar kapten Liverpool Jordan Henderson seusai laga kontra Everton.
Disadari atau tidak, pasukan Jurgen Klopp seolah lupa daratan setelah sempat membuat spasi tujuh poin dengan laskar Pep Guardiola. Bayangkan, saat kans mengakhiri puasa gelar terbuka lebar, Liverpool membuang 18 poin potensial dalam enam pertandingan terakhirnya. Sekadar Empat poin yang dapat mereka reguk lantaran empat kali ditahan imbang dalam periode itu.
City melaju mulus. Di sepuluh laga terakhirnya, sembilan di antaranya berhasil disapubersih dengan kemenangan, sehingga mengubah nasib mereka sejak paruh kedua musim.
Peluang merengkuh poin penuh saat bentrok dengan Everton bukannya tak bisa dioptimalkan Liverpool. Tercatat, dua kesempatan emas hadir, yang seyogianya bisa berujung gol.
Kala Fabinho mengirim umpan terobosan manis pada Salah, yang berlari bebas tak terkejar oleh Lucas Digne, sang attacker tinggal berhadapan dengan Jordan Pickford. Namun dentuman kaki kiri Salah yang mengarah ke pojok gawang dapat dimentahkan sang kiper dengan tangan kanannya. Bola rebound jatuh di kaki Henderson, tapi hentakan sang kapten dapat diblok sempurna oleh Seamus Coleman untuk kemudian mensterilkan area pertahanan timnya.
Salah juga mendapat servis matang dari Joel Matip, yang mengirim bola terobosan. Sang Raja Mesir sebetulnya dalam poisi ideal mencetak gol, tapi dia terlalu lama menahan bola sebelum Michael Keane mengintervensi dengan sigap.
Seandainya Salah berhasil mencetak gol, akan menjadi torehan ke-50 dia di Liga Primer dengan hanya memainkan 65 pertandingan --tak ada satu pun pemain dalam sejarah EPL mampu mengukir gol sedemikian banyak sesingkat itu. Apa lacur, konfidensi Salah tak keluar di laga itu.
"Ini adalah laga yang amat sangat sulit untuk alasan yang berbeda: lawan yang liar, dan mereka tidak akan menyukainya ketika saya mengungkap, tapi angin datang dari seluruh arah. Bola banyak berada di udara. Tapi di laga yang sulit untuk dikontrol, kami punya tiga sampai empat peluang bersih," papar Klopp kepada jurnalis selepas pertandingan.
Liga Primer menyisakan sembilan pertandingan lagi. Tak ada alasan bagi Liverpool kembali terpeleset apabila mereka bertekad kuat menyudahi dahaga gelar selama 28 tahun. Klopp mesti membuat formula yang tepat dalam sistem yang diusungnya, demi kembali ke jalur kemenangan.
Jarak dengan puncak klasemen terbilang tipis, sebatas satu poin. Namun tak dimungkiri, tekanan hebat bisa membebani psikologi Klopp dan anak-anak didiknya untuk menyaingi City, apalagi sang juru taktik belum pernah sekali pun mempersembahkan gelar sejak menahkodai klub Merseyside Oktober 2015 silam.
"Bertandang ke markas Man United, Everton, ini adalah laga-laga yang sulit. Anda tidak sedang bertamu setelah memenangkan empat sampai lima laga. Tapi kami harus terus melaju, kami masih dalam pacuan [juara]. Masih ada banyak laga, saya sangat yakin [degan para pemain Liverpool], jadi kita lihat sampai mana kami bisa berjuang," kata Henderson.
Jangan lupa, di sembilan laga pamungkas EPL, dua agenda berat menanti Liverpool dan City. Liverpool akan berjumpa Tottenham Hotspur dan Chelsea, sedang City akan melawan klub London Utara itu dan rival sekota Manchester United. Henderson dkk mungkin lebih diuntungkan karena dua lawan berat itu dilalui tidak beruntun, sementara Sergio Aguero cs akan meladeni dua rival kuatnya itu secara berturut-turut. Yang pasti, siapa yang paling konsisten, merekalah yang akan mengakhiri musim dengan kepala tegak.
Liverpool harus belajar dari kegagalan di era Brendan Rodgers di musim 2013/14. Kekalahan menghadapi lawan raksasa, yakni Chelsea, pada etape terakhir musim itu pada akhirnya membuat Liverpool harus pasrah mengakhiri musim sebagai runner-up, berselisih dua poin dengan Manchester City selaku kampiun. Hati-hati, Liverpool!

Source : Goal

Comments